Setiap orang memiliki impian, begitu pun aku. Impianku mungkin terdengar sederhana bagi sebagian orang—aku ingin menjadi seorang penulis yang karyanya bisa menginspirasi dan mengubah cara pandang seseorang. Bukan tentang popularitas atau penghargaan, tapi tentang menghadirkan makna lewat kata-kata. Mimpi44 ini tumbuh sejak kecil, ketika aku mulai jatuh cinta pada buku-buku dan menemukan dunia yang tak terbatas di dalamnya. Sejak saat itu, aku tahu, inilah jalan yang ingin kuperjuangkan.
Namun, jalan menuju impian tidaklah mudah. Ada masa-masa di mana aku merasa tulisan-tulisanku tak berharga, tak ada yang membaca, atau bahkan dicemooh. Di situlah aku diuji—apakah aku cukup kuat untuk tetap menulis, meski tak ada yang peduli? Setiap penolakan dari penerbit, setiap kritik yang datang, justru memperkuat tekadku. Aku belajar bahwa impian bukan tentang seberapa cepat kita mencapainya, tetapi seberapa konsisten kita bertahan untuk terus memperjuangkannya.
Dalam perjuangan itu, aku menemukan banyak pelajaran hidup. Aku belajar disiplin, kerja keras, dan pentingnya mempercayai proses. Aku menyadari bahwa setiap tulisan yang kutuangkan adalah langkah kecil menuju impian besar. Meski hasil belum terlihat, aku tahu perjuangan ini sedang membentuk versi terbaik dari diriku. Dan yang paling penting, aku tidak pernah sendirian—ada orang-orang terdekat yang selalu mendukung dan mengingatkan bahwa mimpiku layak diperjuangkan.
Kini, meskipun impianku belum sepenuhnya terwujud, aku tidak akan berhenti. Perjuangan ini bukan beban, melainkan perjalanan yang ingin kusyukuri setiap harinya. Karena dalam setiap usaha yang kulakukan, aku merasa hidupku memiliki arah. Impian yang kuperjuangkan bukan hanya soal akhir cerita, tapi tentang bagaimana aku tumbuh dan bertahan dalam prosesnya. Dan untuk itu, aku akan terus melangkah—dengan pena di tangan dan semangat di hati.